Rancangan Pembelajaran Pedagogik
Kelompok 1
Mentari Purba (11-028)
Sains Sederhana
Latar
Belakang
Menurut Piaget (1972), anak berusia 6-10
tahun memasuki Tahap
Operasional Konkret,
ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan
aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan
kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi
hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi
objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya. Karenanya kegiatan ini
memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya
lebih efektif. Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan,
karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model
"kemungkinan" dalam melakukan kegiatan tertentu. Ia dapat
menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya. Anak mampu menangani
sistem klasifikasi.
Melalui sains, anak dapat melakukan
percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan
akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis. Di dalam
sains, anak juga berlatih menggunakan alat ukur untuk melakukan pengukuran.
Alat ukur tersebut dimulai dengan alat ukur non-standar, seperti jengkal, depa,
atau kaki dan dilanjutkan dengan alat ukur standar, seperti meteran dan
timbangan. Anak secara bertahap berlatih menggunakan satuan yang akan
memudahkan anak untuk berpikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains
akan melatih anak untuk mengembangkan keterampilan proses sains, kemampuan
berpikir logis, dan pengetahuan.
Manfaat
Sains Sederhana
Eksplorasi
dan investigasi yang merupakan kegiatan
untuk mengamati dan menyelidiki objek serta fenomena alam. Mengembangkan ketrampilan
proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, mengkomunikasikan
hasil pengamatan, dan sebagainya. Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang
dan mau melakukan kegiatan inkuiri atau penemuan. Memahami pengetahuan
tentang berbagai benda baik ciri, struktur maupun fungsinya.
Teori
Conant
(dalam Usman, 2006: 1) mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta
skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan tumbuh sebagai hasil
eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan
dieksperimentasikan lebih lanjut. Carin & Sund (1989) mendefinisikan sains
adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan
eksperimen yang terkontrol. Nash dalam bukunya The Nature of Science menyatakan
bahwa ”Science is a way of looking at the world”. Jadi disini sains dipandang
sebagai suatu cara atau metode untuk dapat mengamati sesuatu, dalam hal ini
adalah dunia. Selanjutnya Nash mengemukakan bahwa cara memandang sains terhadap
sesuatu itu berbeda dengan cara memandang biasa atau cara memandang filosof
misalnya. Cara memandang sains bersifat analisis, melihat sesuatu secara
lengkap dan cermat serta dihubungkan antara satu enomena dengan fenomena yang
lain sehingga secara keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru
tentang objek yang diamati. Lebih lanjut ia menandaskan bahwa ”the whole
science is nothing more than a refinement of everyday thinking”. Kalimat
tersebut maksudnya adalah metode berpikir atau pola pikir sains tidak sama
dengan pola pikir seharihari, di mana berpikirnya harus menjalani “refinement”
sehingga cermat dan lengkap.
Nagel
dalam bab pertama dalam buku Philosophy of Science Today karangan Sidney
Morgenbesser mengemukakan sains dapat dilihat dalam tiga aspek, yaitu;
1.
Aspek tujuan, sains adalah sebagai alat unstuck menguasai alam, dan memberi
sumbangan kepada kesejahteraan manusia. Sebagai contoh: berbagai keuntungan
yang didapat dari sains dan teknologinya di bidang kesehatan dan industri.
2.
Aspek pengetahuan yang sistematik, dan tangguh dalam arti merupakan suatu hasil
atau kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa.
3.
Aspek metode, metode sains merupakan suatu perangkat aturanaturan untuck
memecahkan masalah, untuk mendapatkan hokum-hukum ataupun teori-teori dari
objek yang diamati.
Pelaksana
Pembelajar pada pembelajaran pedagogik ini adalah
anak-anak berusia enam sampai sepuluh tahun yang berjumlah empat orang. Seluruh anggota
kelompok berperan sebagai pelaksana.
Pelaksanaan
Hari Pertama:
Jenis Kegiatan:
1. Perkenalan
Kelompok memperkenalkan
diri pada anak-anak
untuk membangun rasa percaya dan rasa nyaman selama kegiatan berlangsung.
Perkenalan dibarengi dengan bertanya tentang hobi dan cita-cita anak.
2.
Penggabungan Warna
Anak mulai diberi
pembelajaran sambil bermain mengenai penggabungan warna. Anak diharapkan dapat
membedakan warna primer (merah, kuning, biru) dan warna sekunder (penggabungan warna primer). Anak juga dapat
menyebutkan benda-benda sesuai warna yang akan disebutkan.
Alat dan bahan:
Plastik mika berwarna merah, kuning
dan biru.
Kertas HVS putih
Steples
Cara kerja:
Cara kerja:
kertas HVS putih akan tempelkan mika kuning
di atasnya, kemudian ditempelkan lagi mika biru diatasnya. Dan
anak-anak disuruh menyebut warna apa yang tercipta antara penggabungan mika
kuning dan biru. Dengan langkah sama, mika merah ditempel lalu mika kuning juga ditempel
diatasnya. Dan anak-anakpun disuruh
menyebutkan warna apa yang terlihat. Dan terakhir, mika merah
di atas mika biru. Anak-anak juga
disuruh sebut warna apa yang terlihat.
Ini merupakan
penggabungan warna yang pertama, untuk lebih jelasnya lagi, kelompok akan
menggunakan media lain untuk menjelaskan tentang penggabungan warna seperti
berikut.
Alat dan bahan:
Gelas plastik
bening (9 buah)
Air
Pewarna makanan merah, kuning, biru
Cara kerja:
Cara kerja:
Isi 3 gelas plastik dengan air bening
(tidak berwarna). Teteskan
pewarna merah ke dalam gelas pertama, kuning ke dalam gelas kedua dan biru ke
dalam gelas ketiga. Apa yang terjadi? Bagilah cairan berwarna merah, kuning
dan biru tadi masing-masing menjadi tiga. Campurkan cairan merah dengan
kuning, apa yang terjadi? Campurkan
cairan merah dengan biru, apa yang terjadi? Campurkan cairan kuning
dengan biru, apa yang terjadi?
Hari Kedua:
1.
Teka-teki Jeruk
Pada sesi ini dibutuhkan dua jeruk. Satu jeruk utuh
dengan kulitnya, dan satu jeruk lagi dikupas kulitnya. Dan dibutuhkan stoples
yang berisi air. Anak-anak disuruh menebak, jeruk utuh dengan kulitnya jika
dimasukkan kedalam stoples yang berisi air akan terapung atau tenggelam. Begitu
juga dengan jeruk yang sudah dikupas kulitnya. Kemudian kelompok akan membrikan
penjelasan secara ilmiah kenapa jeruk yang ada kulitnya terapung dan jeruk yang
dikupas kulitnya tenggelam.
2.
Kapur Barus Lompat
Dalam sesi kedua ini, diharapkan anak akan mengenali
posisi benda di dalam
air
(tenggelam,
terapung, melayang).
Alat
dan bahan:
Kapur
barus berbentuk bola
Cuka
Soda
kue
Air
Gelas
Sendok
Cara kerja:
Cara kerja:
Isi gelas dengan air hingga tiga
per empat bagian. Tuangkan
dua sendok cuka dan dua sendok soda kue, kemudian aduk sampai merata. Ketuk-ketukkan kapur
barus ke meja sehingga permukaannya yang halus menjadi kasar. Masukkan kapur barus ke
dalam gelas. Apa yang terjadi?
Konsep
Pertama kali kapur barus akan tenggelam karena lebih berat dibandingkan air. Kemudian akan tampak gelembung-gelembung di permukaan kapur barus. Gelembung tersebut adalah gas karbon dioksida yang dihasilkan larutan campuran cuka dan soda kue. Sifat gas karbon dioksida adalah lebih ringan dibandingkan air. Karena gas ini menempel pada kapur barus, maka kapur barus akan tampak seperti berlompatan.
Pertama kali kapur barus akan tenggelam karena lebih berat dibandingkan air. Kemudian akan tampak gelembung-gelembung di permukaan kapur barus. Gelembung tersebut adalah gas karbon dioksida yang dihasilkan larutan campuran cuka dan soda kue. Sifat gas karbon dioksida adalah lebih ringan dibandingkan air. Karena gas ini menempel pada kapur barus, maka kapur barus akan tampak seperti berlompatan.
3.
Penutup
Setelah semua sesi sains sederhana yang kami buat
selesai, maka kami memberikan kata penutupan kepada anak-anak yang telah
mengikuti program kami ini.
Tempat
: Jl. Sei Mencirim Gg. Pribadi
Tanggal
|
Kegiatan
|
Rincian Pelaksana
|
Hari Pertama (tgl)
|
1. Perkenalan
2. Penggabungan Warna
|
1. Semua anggota memperkenalkan diri
2. Penjelasan: Icfadila & Mentari. Pengawasan: Sonya
& Agnes. Video: Devi.
|
Hari Kedua (tgl)
|
1. Teka-Teki Jeruk
2. Kapur Barus Lompat
3. Penutup
|
1. Penjelasan: Devi & Sonya. Pengawasan: Mentari &
Agnes. Video: Icfadila.
2. Penjelasan: Agnes & mentari. Pengawasan: Icfadila
& Devi. Video: Sonya
3. Semua anggota memberikan kata penutup.
|
Daftar
Pustaka
Bell,
Beverly. (1993). Children’s Science,
Constructivism and Learning in Science. Australia: Deakin University Press.
DR. C.
Asri Budiningsih, 2004. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Rinika Cipta,
Yogyakarta. Hal. 38-39.
Kumpulan Makalah tentang Literasi Sains dan Teknologi. IKIP, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar